Kamis, 30 Agustus 2012

ASA PAGI INI

pagi ini
pada ladang yang gersang
kumenggagas mimpi
menabur seribu asa
tanpa pedulikan mentari injak tubuh
aku hanya ingin asa mengembun ke langit
dan terbangkan wewangian syurga

2012

HANYA PADAMU

di subuh sendu
kulangkahkan kaki
terseok susuri jalanmu
ditemani tetesan peluh
dan kedua sungai kecil
yang menderas luruh

suara rintihan biru hatiku
mengoyak lembar kelam keheninganmu
‘kan kuadukan semua gejolak pilu
hanya padamu
ya, hanya padamu

kau satu
satu-satunya yang mengerti
satu-satunya yang masih menemani
satu-satunya yang kupercayai
satu-satunya yang setia mendengarku berbagi
hanya padamu
ya, hanya padamu

Cirebon, 08 Agustus 2012

MATAHARI DI UJUNG SENJA

Matahari itu merapat di sudut senja
bias membekas di kaki langit
menyilaukan mata, namun indah tiada dua
tak kuasa memejamkan mata
menikmati pesona senja

ingin kurengkuh matahari ke dalam pelukan
sebelum semua hilang, ditelan malam
sebelum mata terpejam
kuingin berpeluk dengan matahariku
dikau!

AM, 30082012

Selasa, 28 Agustus 2012

BERCINTA DI UJUNG MALAM

kucari sosok-Mu pada pekat malam
menjelma dalam lamunan yang jalang
meraba tubuhku yang diam
meremas rindu merangsang
menggelinjang dalam tangisan

di hamparan sajadah panjang
airmataku menetes perlahan
perlahan dan semakin menggenang
jiwaku terguncang
gundah, gelisah bercampur lara
teringat segala derita nista

di hamparan sajadah panjang
kuuntai doa penuh iba
munculkan hasrat membara
aku ingin bercinta
di ujung malam nestapa
dengan-Mu yang maha sempurna

Cirebon, 30 Mei 2012

PERJALANAN

Mari singgah kawan
Dengarkan aku bercerita tentang rumah betang kepadamu
: di sini kami memulai dan mengakhiri segalanya!

DINIHARI INI

malam memberkas, mengekalkan jejak ziarah sejak beranda sampai ruang tengah. pintu dan jendela menutup jenguk. kau dan aku sudah mendaftar pamit, menyisakan beberapa kepingan puzzle dalam antrian sebagai debu. ya, masih kususun riwayat dan silsilah cahaya karena dendang kunang-kunang bersebab pagi.

dengarkah kelam mengetuk? padamkan semua nyala, biarkan langit menggelung dinihari di rambutmu.

2012

Minggu, 26 Agustus 2012

ADI

jangan teguk riba dalam keruhnya laut
jangan pacu nafsu di gelombang
sadar, dirimu hanya air
yang akan tandus di tanah

adi
urailah dari siapa-mengapa
tangan, kepala, mata, bibir
telinga, kaki, dan sekujur tubuh
bukan milikmu
kau hanya si miskin
yang berangkat tanpa pakaian
makanan atau kekayaan

adi
kalau kau mengaku raja
coba buatkan satu biji tanaman saja
atau kau berikan makanan ikan di laut
bisahkah kau adil?
atau kau berikan kehidupan pada cacing
kau tak akan sanggup
sungguh tak ada yang kau punya
semua hanya titipan saja

2012

Puisi Berkata

perkosa saja diriku
biar hasratmu lampias
tengkukmu tak nyeri

setelah itu tertawalah
sekeras buta hatimu
sampai kering air matamu

tolong jangan bernyanyi
sebab suaramu sumbang
pekak di telinga pekik di mata

jangan lupa mandi junub

Makassar, 27 Agustus 2012

Pagi, di Depan 1408

Kepakan barang lebih dahulu mengambil tempat
Semestinya. Mobil sudah siaga dengan deruan sangar.

Penumpang segera naik setelah memeriksa bawaannya.
Adakah yang tertinggal? Semoga tiada.

Kemanakah arah tujuan mobil? Semoga penumpangnya selamat. Sampai ke Tujuan. Diterima dengan Senyum.

Kapan anda diberangkatkan? Takdir takkan mungkin salah alamat.

Mks, 27 agustus 2012

Sabtu, 25 Agustus 2012

CATATAN, 6

untaian yang kau kalungkan
mengikat
tiap sudut raga

satu-satu
durinya gugur
menimbuni
bilik kecil di hati

bertahun,
kutahan perihnya

1999-2012

KETIKA?

Bara dalam genggaman jatuhi telapak sejenak henyak
tak gegas langkah.
Lepuh jemari
kemana arah?

Ketika bara mengarang besi binasa,
adakah gayut memberat langkah?

gayung setimba-timba
letup jemari
'kan kah redam?


*Lembah Rafflesia*
26 Agustus 2012

KISAHKU

aku hanya ingin kau pahami
bahwa jalan memang berliku
dan biar kuurai di langkah semu

dalam tatapan yang makin biru
dalam bimbang dan ragu
aku tak akan pernah lari
dari apa yang terjadi pada takdirku

aku bukan dewa atau apa pun itu
aku hanya manusia yang penuh luka
dan mencoba menghapus dengan tangis

bukan aku tak mampu
untuk menjadi dirimu
aku hanya mencoba jadi diri
di semak-semak

hapus, air matamu
biar asa menembus waktu
mengisi setiap ruang yang kosong

dalam kebiruan kupernah terjatuh
dan kini aku tak ingin kembali ke lubang yang sama
sungguh pahamilah
ini adalah suara hati

aku bukan puisi yang selalu meneguk keindahan
tapi aku bukan bunga bangkai yang tiada berguna

aku adalah adi
yang berjalan demi kasihNya

adi rosadi
2012

RINDU YANG BELUM SAMPAI KAU BACA

teruntuk sahabatku: ARTA YOSRIFA


Sepertinya semua rindu bermula ketika aku bersitatap dengan punggungmu.

Rindu yang kukirim pecah hanya di pilinan ombak saja dan terseret kembali ke sepi pantai, tempat terakhir kali aku bersitatap dengan punggungmu

Rinduku, serupa melempar-lempar batu ke langit atau seperti berenang melawan deras arus air
yang kutangkap jatuh paling sakit dan hanyut,
sebab kau berada di sisi yang sulit dijangkau tatap

Kotaku jadi sesepi waktu memancing, hanya matamu yang serupa mata pancing, yang tersangkut di mataku
selebihnya hanya rindu yang belum sempat sampai kukirim.

R, adakah kau berharap tukang POS yang lewat setiap pagi di depan rumahmu, membawakan sebentuk rindu dari kotaku?
yang sebenarnya sudah aku jadikan sajak sejak berminggu-minggu yang lalu
hanya saja kau terlampau jarak untuk main lempar-lempar rindu

R, Mungkin jarak lebih memaknai isi sajak itu, sebab itu sajak rindu yang habis dimakan mulut jarak


PASAMAN BARAT, 2012

Jumat, 24 Agustus 2012

DOA BAPAK

Aku hanya berharap
agar anak-anakku tumbuh perkasa
Berpijak di bumi meski dikepung pergeseran
Bisa bercermin
walau di sekitar angin puyuh


Terkadang aku terkejut
menyaksikan para kanak dibelit akar
Berkelakar dengan pasung
pada ceruk jiwanya
pada cekung tatapannya
pada baju terbukanya


Sementara jelas banyak yang mengabur
Nilai-nilai membentang bagai gurun
seluas kecemasan
sejauh keterasingan
yang pendar di sekujur perjalanan

Magelang, 1998
(diambil dari kumpulan puisi "Monolog Di Tepi Kolam)

HAIKU IBU

rindu menyala
menetap kalam kamusku
membaka ibu

malam menderu
mendetak di rahimmu
seru jantungku

sejumlah mantra
tanganmu di ubunku
menggumpal doa

kucemas pamit
limit ngilu matamu
menggurat langit

dinihariku
menjaga isak sedu
dendang sulungmu

air susumu
zikir pelangkahan
ke ujung jalan

240812

Lesatan Salam

Embun pegunungan ini mengulitiku
Sebelum bola mataku kugantungkan
Di alun-alun sepotong bulan yang melatari cemara

Di jalan berkelok gunung batu camba
Sebalok isyarat menubuhkan dirinya di handphoneku
Ada aksara memanggil-manggil namaku

Inilah ketika salamku menyapa
Menembus belantara kelok dan embun
Temui hangat secangkir kopi di atas meja
Puisi berkata

Camba, 25 august 2012

Sajak Sepetak Sawah

Masihkah terselip riang di retak kerontang ketika mimpi tak lagi luang menimang petang?

Ia mesti pulangkan setiap ayunan cangkul pada matahari dan hujan, agar leleh peluhnya yang kembali sigap menangkap larik-larik terik hingga datang seorang berkebaya usia baya setia menenteng pengusir lapar dan dahaga. Lalu ia bergegas mengusir lumpur di kaki dan tangan dengan genangan air yang tak mengalir dekat pematang. Olah tanah harus disegerakan sebelum musim berubah perangai, dan benih-benih nafas keluarga tak boleh tertunda ditanam.

Bulan kemudian mengeriting menunggui masa-masa genting. Kemana kelak bulir-bulir hendak menggilir deretan hari di penanggalan. Meski ia telah terbiasa, namun di tengah nilai yang terengah, segala yang mendesak membuat ia terengah-engah.

Seperti yang sudah-sudah, angin selalu beku dan begitu gigil saat musim kawin ketika serangga bersekutu bersama hama dan gulma. Ternyata kantong mesti ditodong lebih lorong agar penawar bisa disebar biarpun terasa hambar.

Telah banyak pertaruhan coba ia tumbuhkan di luas hamparan sebelum dikembalikan kepada Tuhan melalui kesabaran dan tengadah tangan agar setiap bulir padi terisi. Meski akhirnya ia lebih mengalah pada pupuk dan pestisida.

Tasikmalaya, Juni 2010 - Agustus 2012

Kamis, 23 Agustus 2012

MASIH MENUNGGU

seperti kemarin
setumpuk harap
kugantungkan pada doa
di sepertiga malam yang gigil

kuketuk pintu rumah
dan kupencet nomor telepon-Mu
setiap waktu
karena rasa rindu
dan inginku yang menderu

aku masih menunggu
bersimpuh di atas sajadah penuh peluh
bersulam benang kristal dari mataku
mengharap ridho dan sapa lembut-Mu
wahai Penyejuk hatiku!

Cirebon, 01 Agustus 2012


POTRET DIRI

Inilah aku
lahir dari kawah masa lalu di daratan miring
sebelum tumbuh biji-biji salak pondoh

Matahari tak selamanya sengat
untuk kemarau awal musim tanam tembakau

Aku lebih suka langit yang terbakar
lebih suka minta hujan bersama para hewan
ketimbang menjadi tadah hujan buatan

Aku suka sawah. Benci hama tikus, wereng dan barisan kera
tapi tak sanggup menolak apalagi mengutuknya
sebab aku dan para tetangga selalu belajar sebagai hamba

Selamatan adalah bahasa hari. Mengepungaminkan tumpeng
adalah bahasaku menampik bencana
adalah puisiku memuja semesta

Aku tak mengidap sakit ketinggian
pagi sore manjat kelapa, ngobong kayu menyulap nira menjadi gula jawa
merbus hidup bersama modin dan sesepuh desa

Bajak lembu adalah alat tulisku. Mengaduk rumus humus anti pestisida
mencampur air kencing kambing dengan daunan kering
tanah pun subur tak ada hingga

Inilah aku
suka piara kerbau tapi tak berarti sealur pikir dengan otak kerbau

Magelang, 2012
(diambil dari kumpulan puisi Gembok Sang Kala)

ADA APA DENGAN WAKTU?

Sudah terlalu petang
Bahkan sudah senja,
Atau malah terlalu pagi?

Aku bingung dengan waktu
Entah,
Mungkin mataku diselimuti kabut hingga tak tahu lagi dengan perjalanan matahari.
Hanya aku merasa matahari masih selalu menggelegakkan darahku

23 Agustus 2012

DITINGGALKAN SAJAK

angin tergopoh-gopoh
mengepung sebuah sajak

debu-debu jingkrak
bersorak di tumpukan kata

sebaris huruf menangis
dikhianati kemarau

o, betapa pucat wajah sajak
disesaki angin musim

bait ke bait menenggak matahari
bersama ramuan berpuluh majas

seorang pujangga menggigil
mendekap sajak yang terbakar

Batu Tulis, 23 Agustus 2012

KARENA CINTA

sungguh indah hidup berhiaskan cinta
bunga mekar
laut bergelombang

musim berubah
api panas
udara dingin
karena cinta
cinta akan menentukan warna putih-hitam
cinta adalah laut tanpa batas
kala cinta hilang
maka hidup tak ada
kita menjadi tanah, makanan,
minuman, air lalu manusia
semua karena cinta
tak ada yang lain
cintakah padaNya?
cinta butuh pengorbanan-pembuktian
bukan hanya di bibir semata

2012

Lebaran Penuh Bunga

Untuk lebaran tahun ini, istri saya membeli baju-baju bergambar bunga buat anak-anak kami. Seluruh baju penuh bunga. Anak-anak kami perempuan semua. Perempuan memang paling serasi dengan pakaian bergambar bunga.

Bunga itu indah. Bunga itu penuh warna. Bunga itu indahnya warna-warna. Saya suka sekali melihat anak-anak kami mengenakan baju-baju bergambar bunga dengan warna-warna indah. Mereka terlihat indah.

Istri saya juga memakai baju bergambar bunga pada hari lebaran. Meski bukan baju baru tapi masih bagus, dan istri saya terlihat indah ketika memakainya.

Baju yang saya kenakan di hari lebaran tak bergambar bunga. Kendati baju saya tak bergambar bunga, melihat istri dan anak-anak mengenakan baju bergambar bunga, hati saya pun dimekari bunga.

Tasikmalaya, Agustus 2012

T


Pernah mengurai yang kau punya?
Tangan, kaki, mata, mulut, kepala
Adakah milikmu seutuhnya Dan
beranikah kau membuat semua
Atau membuat satu rambut saja
Beranikah membuat kutu di kepala
beri makan minum sediakan tempat tidur
kau harus mengerti bahwa kita adalah
tanah liat
tanah gersang
tanah tandus
tanah hitam
tanah putih
tanah vuklanik
tanah humus
tanah gambut
tanah tanah
siapa kita?
Sombongkah?
Angkuhkah?
pahami sebelum
Senja

2012

DINGIN

udara itu diam-diam tanpa desau
selonong ke kamar menyapa tulang-belulangku

selintas. aku tak tahu kemana lagi ia akan pergi
menemui satu-satu takdirnya setelah menitip gigil

mungkin padamu atau padanya, kita disapa udara yang sama
yang juga dihirup oleh semua orang di belahan bumi

untuk itulah kita disebut saudara
karena menghirup satu udara yang sama

bedroom, 23 agustus 2012

HAIKU PAGI INI

setangkai rinai
mengisi vas di teras
malam membekas


sepuntung diam
mendiang dinihari
mengembun pagi

230812

SETELAH RINDU

hujan pamit 
langit menggaris gerimis
di taman-taman
rerumput merunduk
mengkhidmati usapan genang

tanah begitu basah
ia sedang belajar menerima
dari bebatu di tepi jalan
diam, menatap waktu

2012